Sekolah di luar desa, membuat anak-anak harus berangkat lebih pagi dari biasanya, atau sebelum Desa Glagahsari Kecamatan Soko, dikepung proyek cor beton.

sripari.com | tuban-Sebelum sinar matahari mengguyur desa yang sekelilingnya dijahit Bengawan Solo itu, para bocah yang akan berangkat sekolah terutama murid SMP, SMA,SMK hingga MA, sudah harus berkemas karena tempat mereka menimba ilmu berada jauh di luar kawasan mereka tinggal.

Agar tidak terlambat sampai ke sekolah mereka harus berkejarran dengan waktu, dan menaklukkan jalur tikus, karena desa mereka dikepung proyek cor beton sebagai realisasi pembangunan jalan poros desa.

Tapi sebagian dari anak-anak ini memilih meniti tepi proyek cor beton karena bisa memangkas jarak dan waktu. Kendati risikonya jalan licin karena semalam diguyur hujan. Lebar jalanpun hanya seukuran ban sepeda motor.

Sejatinya ada jalur alternatif yang lebih lebar ukurannya. Tapi karena lebih jauh jarak tempuhnya, anak-anak ini lebih memilih meniti tepian cor, walaupun akibatnya bisa terpeleset karena harus buru-buru tiba di sekolah.

"Takut telat. Mau nggak mau, terpaksa melewati pinggir cor beton. Tapi tettap harus hati-hati karena kondisinya licin," kata seorang siswi SMKN Rengel yang tampak cemas meniti tepian cor beton, Jumat (14/10/2022) pagi.

Proyek cor beton jalan poros desa yang menghubungkan Desa Pandanwangi-Glagahsari dikeluhkan warga. Imbas pembangunan di Kecamatan Soko tepi Bengawan Solo itu membuat akses keluar masuk warga Desa Glaagahsari, terutama pelajar yang akan sekolah di
luar desa menjadi terganggu.

Sebab, seluruh akses jalan yang terkena proyek cor beton ditutup tutup total mulai 26 September hingga 14 November 2022.

Warga mengatakan, anak-anak sekolah ha us berangkat lebih pagi karena perjalanan lebih jauh sebab harus berputar melewati jalan kecil atau lorong tikus menuju persawahan, yang letaknya persis di bantaran Bengawan Solo sebelum menembus desa tetangga yakni Desa Pandanwangi. []

M ZAINUDDIN