» Website: https://www.sripari.com » Email: redaksi.sripari@gmail.com » Alamat: Redaksi Tuban: Jalan Raya Logawe nomor 359 Rengel 62371, CP/WA: 082231041229. Redaksi Surabaya: Jalan Kebonsari Raya nomor 26,CP/WA: 082333695757. » Telepon: .

■ Tuban Barometer

Korban Kalap Bengawan Solo Kanorejo Mengambang Damai di Bantaran Canpurrejo
28 Oktober 2016 | Tuban Barometer | Dibaca 2332 kali

EVAKUASI: Aparat Polsek Rengel dan Tagana mengangkat jasad korban.

 Kerja keras tim taruna siaga bencana (Tagana), Polsek dan Koramil Rengel beserta warga tidak terbuang percuma, menyusul ditemukannya Jaemah (50) korban kalap Bengawan Solo asal Desa Kanorejo, Jumat (28/10/2016) pukul 06.45 wib. Korban ditemukan mengambang dengan wajah damai di bantaran Dusun Ketapang, Desa Campurrejo, Kecamatan Rengel, atau 14 kilometer dari lokasi kejadian.

 

SRIPARI.COM, Tuban-Penemuan jasad itu sekaligus mengakhiri getir nestapa perempuan yang sepanjang dua tahun terakhir hidup dalam kejaran halusinasi. Momen ini sekaligus juga menjadi babak pamungkas relawan Tagana melekan sepanjang bantaran sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, sehari semalam,

Ari, salah satu relawan Tagana, mengaku lega meski harus begadang di bibir Bengawan Solo semalam suntuk karena akhrnya misi kemanusiaan yang diemban tak sia-sia.

"Alhamdulillah, evakuasi hingga prosesi mengembalikan kepada keluargnya berjalan lancar," tutur Ari dissamping Yoyok dan relawan Tagana lainnya.

Diberitakan seebeelumnya, Jaemah yang merupakan isteri Samuji (56) warga RT 07 RW 01 Desa Kanorejo diduga terseret arus Bengawan Solo sekitar pukul 03.00 wib, Kamis (27/10/2016) dinihari. Dugaan korban kalap setelah sebelumnya keluarga dan warga yang mencari ke seluruh penjuru dusun menemukan sepasang sandal jeput dan pakaian bawah milik Jaemah teronggok di bantaran Bengawan Solo.

Kali pertama yang menemukan dua benda milik korban adalah Wangsit (56). Setelah gagal menemukan korban di berbagai penjuru desa, Wangsit yang masih kakak Jaemah berinisiatif menelusuri bantaran Bengawan Solo.

Ketua KSB Tuban, Pidono, menjelaskan korban sudah dua tahun terakhir menderita gangguan mental, Setiap malam tidak pernah tidur dan suka berkeliling kampung hingga pagi. Korban juga mengaku, selama dua tahun itu seekujur tubunnya terasa sakit dan tak kunjung sembuh.

"Keluarga sudah berusaha melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan korban. Ketika akan dibawa ke rumah sakit menolak terus. Dia (korban) selalu bilang lebih baik terjun ke bengawan dari pada diobati," tutur Pidono yang mengaku masih saudara misan korban.

Menurut dia, sebelum hilang korban sempat berpamitan akan pindah kamar karena alasan tidak nyaman. Khawatir korban keluar rumah seperti kebiasaannya selama ini, keluarga mencoba memastikan apakah Jaemah benar-benat tidur atau tidak. Namun ternyata orang yang dicari sudah tidak ada ditempatnya.

Keluarga dan warga dengan menggunakan motor kemudian mencari ke penjuru desa. Korban diduga terseret arus Bengawan Solo. Sepasang sandal jepit dan pakaian bawah yang berada di bantaran menjadi indikasi kuat korban terbawa arus Bengawan Solo. []

M ZAINUDDIN