» Website: https://www.sripari.com » Email: redaksi.sripari@gmail.com » Alamat: Redaksi Tuban: Jalan Raya Logawe nomor 359 Rengel 62371, CP/WA: 082231041229. Redaksi Surabaya: Jalan Kebonsari Raya nomor 26,CP/WA: 082333695757. » Telepon: .

■ Bojonegoro Barometer

Romansa: Jadi Jutawan Mendadak di Pusaran Bengawan Solo Bojonegoro
02 Maret 2017 | Bojonegoro Barometer | Dibaca 2340 kali
Keberadaan Bengawan Solo seperti dua sisi mata uang berbeda bagi kehidupan masyarakat di sepanjang bantarannya. Sungai terpanjang di Pula Jawa ini, selain meyediakan sumber penghidupan juga kerap mendatangkan musibah.

SRIPARI.COM | BOJONEGORO-Sisi gelap Bengawan Solo tak ubahnya kematian. Kadang menakutkan bahkan mengerikan. Namun begitu, bagi sebagian orang justeru mendatangkan berkah, karena bisnisnya akan menggeliat ketika ajal seseorang tiba. Penjual piranti kematian misalnya.

Begitu juga dengan Bengawan Solo yang bagi sebagian orang mengerikan ketika airnya pasang, tapi kemudian tak sedikit orang kadangkala bahkan kejatuhan berkah di tengah arusnya yang deras.  

Sepenggal cerita suka yang menjadi bagian sugesti bahwa rezeki itu datangnya seperti tak disangka-sangka, dialami Mur perempuan 54 tahun, yang tinggal di bantaran Bengawan Solo Dusun Kendal, Desa Kendal, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, pekan pertama bulan Februari 2017 lalu.

Ketika itu muka air Bengawan Solo naik permukaan. Namun air yang meluber tak sampai masuk rumah warga yang berada di daerah aliran sungai (DAS) di belahan timur Kabupaten Bojonegoro ini. Banjir kali ini tidak separah yang terjadi Desember 2016. Hampir seisi dusun disasar air, waktu itu.

Kondisi air yang rata dengan tebing bantaran Bengawan Solo akibat banjir susulan, malah jadi obyek baru bagi warga Dusun Kendal. Sebab, berdasar pengalaman dari waktu ke waktu, di bawah airnya yang keruh berwarna kecoklatan dan onggokan sampah yang bergulung-gulung, ikan-ikan liar siap "dipanen" warga.

Tak sedikit warga turun mencari ikan membawa jaring dan peralatan lain yang secara tradisonal sudah mereka siapkan. Tak terkecuali Mur. Isteri petani sederhana ini pun ikut berbaur di bibir bengawan. Tapi, Mur bersama perempuan lain tidak ikut turun ke air sebagaimana halnya para lelaki.

Dia berharap, dengan berdiri menunggu di tepian Bengawan Solo berkah akan datang menghampiri. Besar atau kecil akan diterima dan disyukuri. Iseng, lantas Mur mengais gulungan sampah di bawah kakinya dekat dengan tebing. Setelah tumpukan sampah itu dibolak-balik ternyata tidak ada ikan yang muncul.

Namun mendadak mata tua Mur menangkap ada benda berbentuk persegi warna coklat gelap lusuh terapung-apung di permukaan air, persis di mana dia berdiri. Malas Mur mengaisnya dengan sebilah carang (ranting) bambu yang dipungut di jalanan, saat dia akan menuju bantaran Bengawan Solo.

Ternyata benda itu sebuah dompet. Mur tidak lantas girang apalagi kaget, mengingat dompet  itu tampak lebih kusam ketika diangkat dari permukaan air. Tapi, kemudian Mur terkaget bukan main. Ternyata dalam dompet itu berisi lembaran pecahan uang Rp 100 ribu-an yang cukup tebal.

"Ketika saya hitung lembaran uang yang basah bercampur lumpur itu jumlahnya mencapai sembilan juta seratus ribu rupiah. Saya bingung mau dikemanakan uang ini. Mau saya kembalikan, tidak tahu siapa yang punya dompet. Tidak ada KTP maupun identitas lainnya. Isinya cuma uang thok," beber Mur yang dibenarkan sejumlah warga lainnya.

Setelah berembuk dengan beberapa tokoh warga setempat Mur tidak jadi bingung. Hasil rembuk memutuskan separoh dari jumlah uang tersebut disumbang ke masjid setempat. Sisanya digunakan syukuran dengan mengundang seluruh warga. Sebagian lagi disalurkan kepada anak-anak yatim dan kaum papa. []

WARIGALIT DE BRO